Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fungsi Matahari dan Bulan di dalam Alquran


Jakarta, Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal - Allah subhanahu wata'ala adalah pencipta alam semesta dan segala isinya. Bukan tanpa alasan Ia menciptakan sesuatu, segala sesuatunya memiliki makna yang membawa kebermanfaatan untuk seluruh makhluk-Nya.

Di antara salah satu penciptaan-Nya adalah matahari dan bulan. Matahari dan bulan merupakan benda langit yang sangat bermanfaat, khususnya kepada penduduk bumi. Berikut merupakan fungsi matahari dan bulan yang telah Allah subhana wa ta'ala sebutkan di dalam Alquran.

1. Matahari dan Bulan Sebagai Tanda Atas Kekuasaan-Nya

Matahari dan bulan adalah bagian dari objek luar angkasa yang sangat indah. Kita bisa melihat keindahannya ketika terbit atau terbenam, begitu pula bulan ketika dia bersinar di tengah gulitanya malam. Namun, keindahan dari keduanya bukan untuk disembah.

Allah subhana wa ta'ala menegaskan hal tersebut di dalam QS. Al-Fushilat ayat 37 sebagai berikut,

وَمِنْ اٰيٰتِهِ الَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُۗ لَا تَسْجُدُوْا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ خَلَقَهُنَّ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ 

Artinya: "Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya." (QS. Al-Fushilat ayat 37)

Melalui ayat tersebut, Allah subhanahu wa ta'ala menegaskan, bahwasannya malam dan siang atau matahari dan bulan bukan untuk disembah. Adapun, benda langit tersebut hanyalah ciptaan-Nya, sebagai tanda atas kekuasaan Dia sebagai pencipta alam semesta.

2. Matahari sebagai sumber sinar dan bulan bercahaya

وَّجَعَلَ الْقَمَرَ فِيْهِنَّ نُوْرًا وَّجَعَلَ الشَّمْسَ سِرَاجًا

Artinya: "Dan di sana Dia menciptakan bulan yang bercahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita (yang cemerlang)?" (QS. Nuh ayat 16)

Matahari dan bulan memiliki fungsi yang amat besar terkhusus untuk penduduk bumi. Allah subhanahu wata'ala memaparkan dalam Alquran bahwasannya matahari dideskripsikan sebagai pelita, ia menghasilkan sesuatu yang benderang dari dalam. Adapun bulan, dideskripsikan sebagai sesuatu yang bercahaya, ia bercahaya atas pantulan dari sinar matahari.

Untuk keberlangsungan hidup, penduduk bumi sangat membutuhkan dua ciptaan-Nya tersebut. Kehidupan di bumi membutuhkan matahari sebagai sumber energi, adapun bulan juga sangat berperan dalam keberlangsungan keseimbangan kehidupan di bumi. Jika matahari tidak berfungsi sebagaimana yang telah dipaparkan, bumi dapat beku. Jika bulan tidak ada, pasang surut air laut akan lebih rendah.

3. Matahari Sebagai Petunjuk Waktu Shalat dan Arah Kiblat

Matahari terbit dari ufuk timur bumi dan tenggelam di ufuk barat. Matahari dapat berfungsi sebagai petunjuk waktu shalat, hal itu dapat dilihat dari posisi tinggi matahari. Sebagaimana Allah subhana wa ta'ala berfirman dalam QS. Al-Isra ayat 78 sebagai berikut.

اَقِمِ الصَّلٰوةَ لِدُلُوْكِ الشَّمْسِ اِلٰى غَسَقِ الَّيْلِ وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ اِنَّ قُرْاٰنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُوْدًا

Artinya: “Laksanakanlah salat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula salat) subuh. Sesungguhnya salat subuh itu disaksikan malaikat.” (Qs Al-Isra ayat 78).

Tertera dalam tafsir Al-Mishbah, bahwasannya ayat ini memaparkan waktu-waktu dalam pelaksanaan solat. Pelaksanaan solat dimulai sejak sesudah matahari tergelincir yakni condong dari pertengahan langit sampai muncul gelapnya malam, dan juga salat Subuh. 

Kata ( لِدُلُوْكِ ) li duluk diambil dari kata dalaka yang bila dikaitkan dengan matahari seperti ayat tersebut, yang berarti tenggelam atau menguning, atau tergelincir dari tengahnya. Atas ketiga makna kata tersebut, terdapat dua kewajiban solat, yaitu solat Zuhur dan Magrib. Tersirat pula dalam ayat ini solat Ashar, yang mana dalam pelaksanaannya ini yaitu ketika matahari menguning. 

Pada ayat ini pula, terdapat redaksi yang memerintahkan pendirian waktu solat sampai pada ghasaq al-lail yaitu gelap malam. Hal ini bermakna solat Isya. Setelahnya dilanjutkan pula keterangan ( وَقُرْاٰنَ الْفَجْرِۗ ) dan dirikanlah solat Subuh. Dari ayat ini, terpetiklah bahwasannya posisi matahari dapat membantu manusia dalam petunjuk pendirian waktu solat. 

Selain penentu waktu shalat, matahari juga dapat berperan sebagai penunjuk arah kiblat, sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Furqan Ayat 45,

اَلَمْ تَرَ اِلٰى رَبِّكَ كَيْفَ مَدَّ الظِّلَّۚ وَلَوْ شَاۤءَ لَجَعَلَهٗ سَاكِنًاۚ ثُمَّ جَعَلْنَا الشَّمْسَ عَلَيْهِ دَلِيْلًا ۙ

Artinya: "Tidakkah engkau memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang; dan sekiranya Dia menghendaki, niscaya Dia jadikannya (bayang-bayang itu) tetap, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk," (QS. Al-Furqan Ayat 45)

Keberadaan bayang-bayang ketika siang hari, terbentuk dari cahaya matahari. Panjang atau pendeknya suatu bayang-bayang dipengaruhi oleh perputaran bumi pada porosnya dan perputaran bumi saat mengelilingi matahari. Dalam ilmu falak, metode penentuan arah kiblat dapat ditentukan dengan memperhatikan bayangan dari suatu benda tegak lurus di atas bidang datar. Metode ini bisa membantu dalam penentuan arah kiblat. 

4. Matahari dan Bulan Sebagai Petunjuk Perhitungan Waktu

Waktu merupakan salah satu hal penting yang baiknya diperhatikan oleh setiap manusia. Matahari dan bulan membantu manusia dalam mengetahui perhitungan waktu. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Al-Anam ayat 96 sebagai berikut. 

فَالِقُ الْاِصْبَاحِۚ وَجَعَلَ الَّيْلَ سَكَنًا وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ۗذٰلِكَ تَقْدِيْرُ الْعَزِيْزِ الْعَلِيْمِ

Artinya: "Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketetapan Allah Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui." (QS. Al-Anam ayat 96)

Pada ayat ini diketahui bahwasannya Ia menjadikan matahari dan bulan untuk perhitungan, dalam arti penentuan waktu. Waktu bumi saat mengitari matahari dapat dijadikan perhitungan penentuan waktu dalam hitungan tahun, bumi berputar pada porosnya dapat dijadikan perhitungan waktu dalam hitungan hari. Adapun bulan dapat menjadi perhitungan untuk penentuan dalam perhitungan waktu dalam satu bulan. 

( ... وَّالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ....) 

Artinya: "... dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan ..." (QS. Al-Anam ayat 96)

Di dalam tafsir Al-Mishbah, ayat ini menekankan bahwa perhitungan-perhitungan yang telah diatur Allah sudah sangat sedemikian teliti. Penambahan huruf alif dan nun menerangkan dan memberikan makna pada kesempurnaan perhitungan yang telah ditetapkan oleh-Nya.

5. Matahari dan Bulan Sebagai Tanda Hari Kiamat

Di antara tanda kiamat, Allah subhanahu wata'ala memaparkan dalam firman-Nya pada Alquran surat Al-Qiyamah ayat 7-9,

فَاِذَا بَرِقَ الْبَصَرُۙ ٧ 

وَخَسَفَ الْقَمَرُۙ٨

وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُۙ ٩

Artinya: "Apabila mata terbelalak (ketakutan), bulan pun telah hilang cahayanya, serta matahari dan bulan dikumpulkan," (QS. Al-Qiyamah ayat 7-9)

Matahari dan bulan menjadi salahsatu tanda tibanya hari kiamat. Hal ini Allah subhanahu wa ta'ala sebutkan dalam QS. Al-Qiyamah ayat 9. Pada hari kiamat, matahari dan bulan akan muncul bersamaan. Dan pada saat itu terjadinya kiamat, seperti yang telah Ia janjikan suatu saat terjadi. 

Dalam Tafsir Kemenag RI, Dalam ayat-ayat di atas, Allah subhanahu wata'ala menerangkan tiga hal tanda kedatangan hari Kiamat, yakni: 

1. Apabila mata terbelalak (karena ketakutan), pada waktu itu, mata tidak sanggup menyaksikan sesuatu hal yang sangat dahsyat. Dalam ayat lain tercantum makna yang sama, yakni: "(Pada hari itu) mereka datang tergesa-gesa (memenuhi panggilan) dengan mengangkat kepalanya, sedangkan mata mereka tidak berkedip dan hati mereka kosong." (QS. Ibrahim/14: 43) 

2. Apabila bulan telah hilang cahayanya untuk selama-lamanya, bukan seperti keadaan waktu gerhana bulan yang hanya berlangsung sebentar saja. 

3. Matahari dan bulan dikumpulkan, artinya matahari dan bulan saling bertemu, keduanya terbit dan terbenam pada tempat yang sama, menyebabkan gelapnya suasana alam semesta ini. Padahal keadaan begitu tidak pernah terjadi, masing-masing berada dalam posisi yang telah ditentukan. Allah subhanahu wata'ala berfirman: "Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya." (QS. Yasin/36: 40) 

Sobat ARMI, di atas adalah fungsi dari matahari dan bulan yang telah Allah subhanahu wa ta'ala sebutkan dalam Alquran. Matahari dan bulan merupakan salah satu dari ciptaan-Nya yang agung. Semoga kita dapat peka membaca tanda-tanda kebesaran dan senantiasa mensyukuri nikmat yang telah Allah subhana wa ta'ala berikan. Aamiin. (Dwi Agustin/ Media Kreatif Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal)

Posting Komentar untuk "Fungsi Matahari dan Bulan di dalam Alquran"