Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MTPI 7: Hakikat Merdeka Seorang Pemuda

 

Jakarta, www.remajaistiqlal.or.id - Hakikat merdeka seorang pemuda, bisa kita renungi ketika membaca kitab suci Al-Qur'an dalam surat Al-Balad, yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, artinya adalah "Negeri".

Pada firman Allah SWT yang termaktub dalam QS. Al-Balad, Allah SWT mengingatkan Rasulullah SAW mengenai tanah airnya, yaitu Mekkah yang memiliki kemuliaan. 

Pembicara MTPI ke-7 Ustaz Muhammad Saihul Basyir, Lc, juga mengatakan bahwasanya melalui bait-bait ayat pada QS. Al-Balad, Allah SWT juga ingin mengingatkan kita melalui lisan Rasulullah SAW, bahwasanya kita mesti merenungi kemerdekaan yang sesungguhnya.

Sebagai pemuda yang berwarga negara Indonesia, kemerdekaan hakiki juga bisa diraih saat kita memegang teguh jati diri sebagai warga bangsa dan umat muslim.

"Sehingga kemerdekaan hakiki bukan bermakna membebaskan diri begitu saja," ungkap Ustaz Basyir. Melainkan kita memiliki pedoman yang perlu terus dikukuhkan, yaitu Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW serta Undang-Undang NKRI 1945.

"Pertama, jati diri kita sebagai warga negara Indonesia, mendorong kita untuk memiliki kemerdekaan, kebebasan untuk berbicara, berkarya, belajar, dan memiliki keyakinan apapun. Namun di sisi lain, jati diri kita sebagai seorang muslim yang berpedoman Al-Qur'an dan sunnah Nabi Muhammad SAW, kita dibatasi oleh hal-hal yang Allah SWT wajibkan dan haramkan," terang Ustaz Saihul.

Abu ‘Abdillah Nu’man bin Basyir Radhiyallahu anhuma, juga memaparkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang artinya:

“Sesungguhnya yang halal itu telah jelas dan yang haram pun telah jelas pula. Sedangkan di antaranya ada perkara syubhat (samar-samar) yang kebanyakan manusia tidak mengetahui (hukum)-Nya. Barangsiapa yang menghindari perkara syubhat (samar-samar), maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam perkara yang samar-samar, maka ia telah jatuh ke dalam perkara yang haram. Seperti penggembala yang berada di dekat pagar larangan (milik orang) dan dikhawatirkan ia akan masuk ke dalamnya. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki larangan (undang­undang). Ingatlah bahwa larangan Allah adalah apa yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, bahwa di dalam jasad manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasadnya; dan jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasadnya. Ketahuilah, bahwa segumpal daging itu adalah hati." [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim, dan ini adalah lafazh Muslim].

Adapun sebagai warga negara, hakikat merdeka bisa dipahami pada setiap poin dalam Pancasila dan UUD 1945. "Kemerdekaan kita dibatasi dalam dua itu (Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW serta Undang-Undang NKRI 1945), yaitu sebagaimana yang diterangkan Allah SWT dan Rasul-Nya dalam Al-Qur'an dan sunnah, dan hal yang sudah menjadi kesepakatan di negara yang kita cintai, Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pancasila dan UUD 1945),"

Kata "dibatasi" di atas, bukan bermakna "dikekang", melainkan memang setiap manusia khususnya kita sebagai Muslim, perlu terus berada dalam koridor kebaikan yang Allah SWT rahmati, dan demi mencapai hal tersebut, kita sudah diberi pedoman yang hakiki dalam kitab suci Al-Qur'an, serta Pancasila dan UUD 1945.

Terkait hakikat merdeka seorang pemuda, Pemateri MTPI ke-7 Habib Geys Bin Abdurrahman Assegaf, juga mengingatkan bahwasanya merdeka juga bisa diraih ketika kita memerdekakan dan memurnikan jiwa. "Hati yang merdeka ialah ketika kita terikat kepada Allah SWT, dan cara kita terikat dengan-Nya ialah dengan berdzikir."

Habib Geys juga menyebutkan, bahwa pemuda yang merdeka juga harus visioner, memiliki tujuan, baik tujuan dekat atau jauh, dan tujuan jauh yang mulia ialah menjadi manusia yang bermanfaat. Selain itu, pemuda juga perlu memiliki sikap yang sederhana, ikhlas dan tidak mengejar pujian manusia, berkumpul dengan orang shalih dan gemar berdzikir. "Pujian manusia sebagaimana fatamorgana. Sehingga kita perlu memiliki keikhlasan, dipuji tidak terbang dicaci tidak tumbang."

Dengan ciri pemuda yang merdeka di atas, Habib Geys juga berpesan agar kita dapat terus memuliakan kemerdekaan dengan menjadi pemuda yang unggul, seorang figur yang dapat menjadi tauladan. "Muliakanlah kemerdekaan ini dengan menjadi anak yang shalih dan shaliha, anak bangsa yang visioner, mau berkontribusi untuk bangsanya." 

Mari terus menjadi muda-mudi yang merdeka dalam ketakwaan kepada Allah subhanahu wata'ala, Sobat ARMI.  (Tim Media Kreatif Asosiasi Remaja Masjid Istiqlal)

Posting Komentar untuk "MTPI 7: Hakikat Merdeka Seorang Pemuda"