Ramadan, Pembelajaran Apa yang Bisa Aku Dapatkan?
Freepik.com/Quran |
Jakarta-Ramadan,
bulan yang Allah muliakan dibanding bulan yang lainnya. Bahwasannya ia bukan hanya sekedar
tradisi, melainkan bulan yang didalamnya penuh dengan pendidikan,
didalamnya kita membangun banyak amal ibadah sesuai dengan ilmu.
Ramadan pasti punya kesan tersendiri dalam hati dan perjalanan
hidup kita. Layaknya seseorang yang menempuh ujian, pasti akan ada
penilaian dan penentuan, perihal layak atau tidaknya untuk mendapat predikat
"lulus", kan?
Begitu pula dengan Ramadan, satu
bulan kita menempuh ujian, belajar tentang banyak hal, kita juga akan dapati
banyak hikmah.
Memahami Ramadan sebagai bulan yang
penuh dengan pendidikan, yuk kita simak pendidikan apa saja yang telah bulan
mulia ini ajarkan kepada kita.
1. Pendidikan Ruhiyah
Ramadan, bulan yang Allah muliakan
diantara bulan yang lain. Hadirnya begitu istimewa, sehingga kita membutuhkan
ilmu dan persiapan, untuk menyambut kedatangannya.
Pendidikan pertama yang Ramadan
ajarkan kepada kita ialah perihal ruh, qolbu, atau hati. Di bulan ini, kita
dilatih untuk memiliki hati yang lembut, sehingga kita akan senantiasa merasa
tenang dan senang hati, untuk dekat dengan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Kita akan mendapati diri kita selalu
merasa butuh untuk kembali dekat dengan Allah. Di Ramadan, kita pasti akan
dapati masjid diramaikan dengan tilawah, orang-orang berbondong-bondong datang
ke masjid untuk menunaikan shalat, dan bahkan lisan tidak absen untuk berdzikir
dan bersholawat.
2. Pendidikan jasadiyah
Saat berpuasa di bulan Ramadan, kita
akan melatih diri untuk menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar, hingga
terbenamnya matahari.
Ramadan melatih kita untuk
mengakrabkan raga dan jiwa. Maksudnya, saat raga berlatih untuk menahan lapar
dan haus, jiwa akan selalu mengingatkan diri, bahwasannya memang tidak ada daya
dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
3. Pendidikan Akal
Pada bulan Ramadan, kita akan mulai
membuka diri untuk menerima ilmu. Kita akan mulai memprioritaskan waktu dengan
duduk di majelis ilmu, dan menyimak setiap kajian yang sedang disampaikan.
Dari situ, kita dapat simpulkan
bahwa berkahnya bulan Ramadan, juga memberi kita kesempatan untuk menambah
ilmu, wawasan dan pengetahuan.
4. Pendidikan Menahan Hawa Nafsu
Sejatinya, diantara 99 nama Allah
Azza wa Jalla, terdapat Al-Ghafûr, yang berarti Maha Pemberi Ampunan. Allah
berfirman pada Qs. Yusuf : 53,
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ
ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى
غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Dan aku tidak membebaskan
diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku
Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang." (Qs. Yusuf Ayat 53).
Sementara itu, Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wassalam bersabda,
إِذَا دَخَلَ رَمَضَانُ
صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ ، وَفُتِحَتْ أَبُوَابُ الجَّنَةِ ، وَغُلِّقَتْ
أَبْوَابُ النَّارِ
"Ketika masuk bulan Ramadlan
maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu
neraka ditutup," (HR Bukhari dan Muslim).
Terbukanya pengampunan Allah di
bulan Ramadan, menjadikan kita senantiasa melatih diri untuk sabar, bersyukur,
disiplin, saling mengasihi, dan berbuat kebaikan.
5. Pendidikan Ibadah Maliyah (Harta)
Bulan Ramadan juga melatih kita
untuk senang dalam berbagi kepada sesama. Hal itu bisa digambarkan saat kita
menunaikan zakat, berbuat baik kepada orang lain, beramal, atau justru memberi
makanan sahur dan berbuka puasa untuk orang lain.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ
مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
"Siapa memberi makan orang yang
berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa
mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga." (HR. Tirmidzi
no. 807)
6. Melatih Kecerdasan
Intrapersonal dan Kecerdasan Interpersonal
Dalam poin ini, kita sadari bahwa
memang bulan Ramadan telah banyak melatih kita untuk memahami niat setiap hal
yang kita lakukan, memahami nilai kebersamaan, toleransi, dan saling berbagi.
Selain itu, kita juga akan terbiasa
mengasah rasa empati kita, karena telah merasakan apa yang orang lain rasakan.
Misalnya, dalam menahan lapar dan haus, kita ikut merasakan apa yang orang lain
rasakan dengan kondisi tersebut.
Sehingga, setelah kita dapati
pelajaran dan hikmahnya, usai Ramadan kita akan bisa simpulkan, apakah diri
kita sudah layak menjadi lulusan Ramadan yang terbaik, serta menjadi kelompok
hamba-Nya yang bertakwa?
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala
menerima setiap amal ibadah yang kita lakukan, karena sesungguhnya, yang berhak
menentukan ialah Allah Subhanahu Wa Ta'ala, setelah kita berusaha mengerjakan
segala perintah-Nya.
Lalu muncul pertanyaan dalam benak,
bagaimana sebenarnya ciri seseorang dapat dikategorikan sebagai lulusan terbaik
Ramadan?
Allah berfirman dalam Qs. Al-Baqarah
Ayat 183,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa," (Qs. Al-Baqarah Ayat 183).
Pada firman Allah tersebut, Allah
perintahkan kita berpuasa untuk menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa.
Berikut terdapat tiga ciri orang yang bertakwa, diantaranya sebagai berikut.
1. Menjadi Seorang Pembelajar
Usai kita menimba ilmu dari bulan
Ramadan, Allah akan menjadikan diri kita sebagai seorang pembelajar. Kesuksesan
seorang pembelajar ialah dengan menunjukkan semakin merasa kurang dirinya dalam
menerima ilmu, sehingga ia akan terus belajar, memahami hal yang belum ia
kuasai, menggali lebih dalam wawasan dan pengetahuannya.
Hal itu terjadi, karena pada
dasarnya ilmu yang Allah turunkan itu sangatlah luas kapasitasnya, sedang
pengetahuan kita amatlah sedikit. Sehingga jika diilustrasikan, seorang
pembelajar akan terus membawa "gelas kosong" untuk diisi dengan ilmu dan
wawasan yang baru.
Ibnul Qayyim rahimahullah
mengatakan, "Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala
seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap
tawadhu’ dan kasih sayangnya."
Dari perkataan Ibnul Qayyim itu kita
pahami, bahwa kesuksesan seorang pembelajar bukan terletak dari seberapa
banyaknya ilmu yang ia kuasai, melainkan sifat rendah hati yang melekat pada
hatinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى
إِلَىَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِى
أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ
“Sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat
tawadhu'. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui
batas pada yang lain.” [HR. Muslim no. 2865].
2. Memiliki Sifat Al furqon (Pembeda)
Allah berfirman dalam Qs. Al-Anfal
ayat 29,
يِا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إَن
تَتَّقُواْ اللّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَاناً وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami
akan memberikan kepadamu furqon.” (QS: Al-Anfal [8]: 29).
Furqon dalam makna ayat tersebut
ialah pembeda. Setelah lulus dari pendidikan di bulan Ramadan, Allah akan
menganugerahkan kita kemudahan untuk membedakan antara yang haq dengan yang
batil.
Kita akan pandai memilah, membawa
jiwa dan raga untuk tetap ada di langkah yang Allah kehendaki, yang Ia ridai.
Menggapai tujuan yang baik atau mendapatkan hal yang baik, pastilah perlu usaha
yang baik pula.
Bahwasanya setiap ruh juga akan
berkumpul dengan kelompoknya masing-masing. Sesuai dengan sabda Rasulullah
Shalallahu alaihi wasallam :
الأرواحُ جنودٌ مجنَّدةٌ . فما تعارف
منها ائتَلَف . وما تناكَر منها اختلف
"Ruh-ruh itu bagaikan pasukan
yang dihimpun dalam kesatuan. Jika saling mengenal di antara mereka maka akan
bersatu. Dan yang saling merasa asing di antara mereka maka akan
berpisah." (HR. Muslim 6376).
3. Menjadi Seorang yang Solutif
Ciri Allah tetapkan hamba-Nya
menjadi seorang yang bertakwa, ialah dengan menjadikannya seorang yang mampu
memberi solusi bagi orang lain, dan mampu memberi manfaat kepada sekelilingnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ
لِلنَّاسِ
"Sebaik-baik manusia adalah
yang paling bermanfaat bagi manusia." (HR. Ahmad, ath-Thabrani,
ad-Daruqutni, dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’ (no. 3289).
Hal ini berkesinambungan dengan poin
pertama, yang membahas tentang sifat tawadhu' nya seorang pembelajar, bahwa
ilmu yang dimiliki janganlah disimpan untuk diri sendiri, melainkan juga harus
diamalkan pada orang lain.
Malik bin Dinar Rahimahullah berkata,
من طلب العلم للعمل وفقه الله ومن طلب
العلم لغير العمل يزداد بالعلم فخرا
"Barangsiapa yang mencari ilmu
(agama) untuk diamalkan, maka Allah akan terus memberi taufik padanya.
Sedangkan barangsiapa yang mencari ilmu, bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu
hanya sebagai kebanggaan (kesombongan)" (Hilyatul Auliya’, 2: 378).
Penulis : Nurul Fajriyah
Akhirnya rutin post lagi penulisnya 🤣
BalasHapus